Bandung, Indonesia – Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-14, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengadakan acara Ruwatan Jagat yang berlangsung khidmat di Situ Cisanti, Desa Taruma Jaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, pada Kamis (23/5/2024) malam. Acara ini dihadiri oleh dua tokoh penting, yaitu Ketua PBNU Alissa Qotrunnada Wahid dan Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Absar Abdalla, yang memberikan ceramah tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Pesan Gus Ulil: Manusia dan Lingkungan dalam Perspektif Islam
Dalam ceramahnya, Ulil Absar Abdalla, yang akrab disapa Gus Ulil, membahas ajaran teologis Islam mengenai lingkungan. Ia menekankan bahwa Allah SWT telah menempatkan manusia dalam posisi yang sangat terhormat di muka bumi. “Alhamdulillah, malam ini kita bisa berkumpul untuk ruwatan jagat. Ini adalah bentuk cinta kita terhadap alam yang dianugerahkan Allah SWT,” ujar Gus Ulil.
Gus Ulil menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang istimewa, diciptakan dengan kesempurnaan yang luar biasa. “Allah memuliakan manusia di atas semua makhluk-Nya dan menundukkan segala yang ada di langit dan bumi untuk manusia,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa tugas manusia adalah mengelola alam dengan bijak, tidak untuk dieksploitasi tanpa batas, tetapi untuk tujuan akhirat dan keberlanjutan.
Perbedaan Pandangan Lingkungan: Islam vs. Environmentalism
Gus Ulil juga membahas perbedaan pandangan antara ajaran Islam dan paham environmentalism atau lingkungisme. Menurutnya, para aktivis lingkungan seperti Greenpeace sering kali mengkritik agama-agama semitik, termasuk Islam, karena dianggap mengajarkan eksploitasi alam. “Pandangan ini keliru. Dalam Islam, manusia memang ditempatkan di posisi penting, tetapi dengan tanggung jawab besar untuk mengelola alam secara berkelanjutan,” katanya.
Alissa Wahid: Tugas Manusia sebagai Khalifah di Bumi
Ketua PBNU, Alissa Wahid, dalam ceramahnya mengajak hadirin untuk memanjatkan doa agar Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada bumi. “Banyak bencana terjadi karena kerusakan alam. Manusia memiliki tugas sebagai khalifah di bumi untuk merawat dan menjaga alam ini,” ungkap Alissa.
Alissa menekankan bahwa tugas LPBI NU bukan hanya menunggu bencana terjadi, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar bencana dapat dicegah. “Dalam kegiatan ini, para relawan LPBI NU akan mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam merawat dan menjaga lingkungan,” tambahnya.
Peringatan Harlah ke-14 LPBI PBNU
Ketua LPBI PBNU, Tubagus Ace Hasan Syadzily, atau yang akrab disapa Kang Ace, memimpin Apel Siaga dan Jambore Nasional (Jamnas) Relawan LPBI PBNU. Kegiatan ini diikuti oleh 350 relawan yang diberikan pelatihan manajemen risiko bencana selama tiga hari, dari Kamis hingga Sabtu (23-25/5/2024) di Citarum 0 KM, Situ Cisanti.
Acara ini juga meliputi Workshop Simulasi Kesiapsiagaan Bencana, Penanaman Pohon, Ruwatan Jagat, Kajian Fiqh Perubahan Iklim, Kemah, dan Apel Siaga. Penanaman pohon dan pelepasan bibit secara simbolis dilakukan oleh Ketua PBNU, didampingi oleh perwakilan dari BNPB, Baznas, KLHK, dan Kemensos. Kegiatan ditutup dengan doa bersama Ruwatan Jagat dan tasyakuran 14 Tahun LPBI NU.
LPBI NU dan Kontribusi Terhadap Lingkungan
Kang Ace menegaskan bahwa LPBI NU merupakan lembaga yang bertugas menerjemahkan kebijakan PBNU terkait penanggulangan bencana dan perubahan iklim. “LPBI NU telah aktif melakukan upaya penanggulangan bencana dan edukasi masyarakat, terutama di basis-basis NU yang terdampak bencana,” jelas Kang Ace.
Ia juga menjelaskan bahwa pemilihan Situ Cisanti sebagai lokasi kegiatan didasarkan pada pentingnya daerah tersebut sebagai hulu Sungai Citarum, yang menjadi sumber air bagi warga Kabupaten Bandung dan Jawa Barat. “Melalui kegiatan ini, LPBI NU ingin menunjukkan kesiapsiagaannya dalam menghadapi bencana dan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan,” pungkas Kang Ace.
Sumber: Kumparan.com
0 Komentar