Balikpapan, Kalimantan Timur – Jahe Balikpapan (Etlingera balikpapanensis), flora endemik Kalimantan Timur, menjadi sorotan dalam penelitian ilmiah berkat potensinya sebagai sumber antibakteri alami. Tanaman herbal ini termasuk dalam keluarga Zingiberaceae, yang dikenal luas di Indonesia karena manfaatnya dalam pengobatan tradisional.
Keistimewaan Jahe Balikpapan
Jahe Balikpapan pertama kali ditemukan oleh botanis Denmark, Axel Dalberg, pada tahun 2006 di kawasan hutan lindung Sungai Wain, Balikpapan. Pada tahun 2022, tanaman ini diresmikan sebagai flora khas Balikpapan. Namun, keberadaannya terancam punah akibat perambahan, kebakaran hutan, dan eksploitasi yang tidak terkendali.
Sebagai salah satu spesies baru, Jahe Balikpapan memiliki potensi biologis yang signifikan. Tanaman ini tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan pencernaan dan penyakit degeneratif, tetapi juga sebagai antimikroba untuk menangani infeksi.
Pemanfaatan Bakteri Endofit pada Jahe Balikpapan
Salah satu pendekatan inovatif untuk memanfaatkan Jahe Balikpapan tanpa mengeksploitasi tanaman secara berlebihan adalah dengan memanfaatkan bakteri endofit. Mikroorganisme ini hidup dalam jaringan tanaman dan menghasilkan senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi tanaman inangnya.
Penelitian terbaru berhasil mengisolasi tujuh jenis bakteri endofit dari akar, batang, dan daun tanaman Jahe Balikpapan. Bakteri ini diuji aktivitasnya melawan patogen seperti:
- Escherichia coli
- Staphylococcus aureus
- Candida albicans
Hasilnya menunjukkan bahwa ketujuh isolat memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus. Namun, tidak ditemukan aktivitas antifungi terhadap C. albicans.
Konservasi dan Arah Pengembangan
Untuk mencegah kepunahan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan telah melakukan berbagai upaya konservasi. Namun, pengembangan produk berbasis senyawa aktif dari bakteri endofit ini membuka peluang besar dalam bidang farmasi. Senyawa antibakteri alami yang dihasilkan dapat menjadi alternatif dalam pengobatan infeksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Riset ini tidak hanya melindungi biodiversitas lokal, tetapi juga menawarkan solusi inovatif dalam dunia kesehatan,” ujar salah satu peneliti.
Jahe Balikpapan, dengan bakteri endofitnya, menjadi bukti bahwa keanekaragaman hayati Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan obat-obatan modern. Langkah konservasi yang beriringan dengan penelitian ilmiah dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.
Sumber: unair.ac.id
0 Komentar