Jahe merah selama ini dikenal sebagai rempah penghangat tubuh dan penambah cita rasa makanan. Namun, siapa sangka tanaman herbal ini memiliki potensi besar dalam dunia kesehatan gigi anak-anak? Dalam orasi ilmiahnya yang menggugah, Prof. Pratiwi Nuraini dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga mengungkap manfaat jahe merah untuk kesehatan gusi anak. Penemuan ini membuka peluang besar untuk penggunaan bahan alami sebagai alternatif fluoride dalam pasta gigi anak.
Mengenal Potensi Jahe Merah dalam Dunia Medis
Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) telah lama dikenal sebagai tanaman herbal yang kaya akan senyawa aktif seperti gingerol, shogaol, dan zingeron. Ketiga senyawa ini memiliki efek anti-inflamasi, antioksidan, dan antibakteri yang sangat kuat. Penggunaan jahe merah dalam pengobatan tradisional sudah umum, namun penerapannya dalam bidang kedokteran gigi—terutama untuk anak-anak—masih tergolong baru dan revolusioner.
Orasi Ilmiah Prof. Pratiwi Nuraini: Menggugah Dunia Kedokteran Gigi Anak
Dalam orasi ilmiah bertajuk “Herbal dalam Kedokteran Gigi Anak: Solusi Aman dan Efektif untuk Generasi Masa Depan”, Prof. Pratiwi memaparkan hasil riset panjangnya sejak tahun 2016. Penelitian ini berfokus pada efek penyembuhan luka gusi dengan menggunakan gel ekstrak jahe merah.
Melalui uji coba pada hewan laboratorium, khususnya tikus, hasilnya menunjukkan bahwa luka gusi yang diobati dengan gel jahe merah mengalami penyembuhan yang cepat dan efektif. Bahkan, efektivitasnya tidak kalah dengan obat kimia yang umum digunakan di dunia medis.
Teknologi Simulasi: Jahe Merah sebagai Agen Antibakteri dan Anti-inflamasi
Penelitian Prof. Pratiwi tidak berhenti di uji coba hewan. Ia juga menggunakan teknologi simulasi komputer untuk melihat bagaimana senyawa aktif dalam jahe merah bekerja pada jaringan gusi. Hasilnya menunjukkan bahwa jahe merah memiliki potensi sebagai antibakteri yang dapat mencegah infeksi, serta sebagai anti-inflamasi yang membantu mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri pada gusi.
Temuan ini sangat penting, mengingat infeksi dan peradangan pada gusi anak-anak adalah masalah umum yang dapat berdampak jangka panjang jika tidak ditangani dengan benar.
Kekhawatiran terhadap Fluoride dalam Produk Anak
Salah satu alasan Prof. Pratiwi tertarik mengembangkan alternatif herbal adalah kekhawatiran terhadap efek samping fluoride pada anak-anak. Meski fluoride dikenal dapat mencegah karies, konsumsi berlebih—terutama jika pasta gigi tertelan secara tidak sengaja—bisa menyebabkan pembengkakan gusi, fluorosis, dan gangguan kesehatan lainnya.
“Kalau anak-anak sering menelan pasta gigi yang mengandung fluoride, gusinya bisa bengkak. Bahkan bisa menyebabkan karies gigi,” tegas Prof. Pratiwi dalam konferensi pers tanggal 22 April 2025.
Alternatif Aman: Gel Gusi dan Pasta Gigi Berbasis Jahe Merah
Berdasarkan data yang dikumpulkan selama hampir sembilan tahun, Prof. Pratiwi dan timnya tengah mengembangkan formula pasta gigi anak berbasis ekstrak jahe merah. Produk ini ditargetkan untuk memberikan manfaat penyembuhan, perlindungan, dan keamanan jangka panjang bagi kesehatan gusi anak.
Selain itu, jahe merah merupakan bahan alami yang mudah diperoleh dan sudah terbukti aman secara tradisional, menjadikannya pilihan ideal untuk pengembangan produk kesehatan berbasis kearifan lokal.
Langkah Selanjutnya: Uji Klinis dan Sertifikasi
Meski hasil penelitian awal sangat menjanjikan, Prof. Pratiwi menyadari bahwa perjalanan menuju produk komersial masih panjang. Tahap selanjutnya adalah melakukan uji klinis pada manusia, khususnya anak-anak, untuk memastikan efektivitas dan keamanannya secara menyeluruh.
Proses sertifikasi dari lembaga terkait juga akan menjadi langkah penting sebelum produk ini bisa diproduksi dan diedarkan secara massal. Namun, dengan semangat lintas disiplin dan dukungan riset yang kuat, masa depan pasta gigi herbal dari jahe merah bukan lagi sekadar wacana.
Revolusi Herbal dalam Perawatan Gigi Anak
Penggunaan jahe merah sebagai bahan aktif dalam perawatan gigi anak bukan hanya soal rasa atau tren herbal semata. Ini adalah bagian dari revolusi dalam pendekatan kedokteran gigi yang lebih holistik dan berkelanjutan. Di tengah kekhawatiran orang tua akan dampak bahan kimia dalam produk anak, kehadiran solusi berbasis tanaman lokal seperti jahe merah menjadi jawaban yang sangat dinantikan.
“Tujuan kami bukan hanya menciptakan produk, tapi memberikan solusi yang aman, efektif, dan ramah bagi anak-anak Indonesia,” tutup Prof. Pratiwi.
Kesimpulan: Jahe Merah, Dari Dapur Menuju Klinik Gigi Anak
Penelitian Prof. Pratiwi Nuraini membuktikan bahwa jahe merah memiliki potensi besar sebagai solusi herbal dalam dunia kedokteran gigi anak. Dengan sifat antibakteri dan anti-inflamasi yang kuat, serta risiko efek samping yang lebih rendah dibanding fluoride, ekstrak jahe merah bisa menjadi bahan utama dalam produk perawatan gigi masa depan.
Artikel ini menunjukkan bahwa solusi alami dari dapur Indonesia bisa menjadi inovasi medis kelas dunia. Jahe merah, yang dulu hanya dikenal sebagai bahan minuman tradisional, kini sedang menapaki jalannya sebagai pahlawan kesehatan gusi anak-anak.
Sumber: harian.disway.id
0 Komentar